Wednesday, November 6, 2024

Koneksi antar materi modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan pengimplementasian di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

a.     Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Sekolah memiliki berbagai macam sumber daya. Sebelum mengenali jenis sumber daya sekolah kita perlu mnegetahui karakteristik. ciri-ciri suatu sekolah. Jika kita melihat sekolah sebagai ekosistem maka sekolah memiliki karakteristik yang terdiri dari dua faktor utama yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi warga sekolah yaitu murid, guru, staff, orang tua, dan masyarakat sekitar) sedangkan faktor abiotik yaitu sarana prasarana, keuangan dan lingkungan fisik.

Dalam modul ini juga dijelaskan tentang 7 modal sekolah yang didalamnya teridiri atas faktor biotik dan abiotik sekolah. 7 modal sekolah tersebut adalah :

1.     Modal manusia

Modal manusia merupakan kapasitas yang dimiliki oleh individu atau kelompok meliputi pengetahuan, ketrampilan dan kesejahteraannya untuk mendukung produktivitas dan pengembangan diri. Contoh guru yang mengikuti pelatihan meningkatkan kemampuan dirinya serta modal manusianya. Murid yang memperoleh pendidikan berkualitas juga meningkatkan modal manusia.

2.     Modal Sosial

Modal sosial merupakan hubungan anatar individu atau kelompok yang menghasilkan rasa saling percaya dan kerja sama. Contoh Komunitas belajar disekolah atau komunitas dimasyarakat. Instansi dimasyarakat juga dapat termasuk

3.     Modal Politik

Modal politik yaitu unsur yang melibatkan kekuataan atau pengaruh seseorang maupun kelompok dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Ini mencakup akses ke lembaga pemerintahan, hak-hak politik, dan kemampuan untuk memengaruhi perubahan di masyarakat.

Contoh: kepala sekolah yang memiliki komunikasi baik dengan dinas terkait dapat memperjuangkan anggaran / fasilitas tambahan untuk peningkatan sekolah.

4.     Modal Lingkungan

Modal lingkungan berupa sumber daya alam, keanekaragaman hayati, dan ekosistem yang ada dilingkungan sekitar sekolah. Modal ini sangat penting dalam mendukung penyediaan bahan baku, air, udara, dan keindahan alam yang berkontribusi pada kehidupan dan ekonomi suatu komunitas.

5.     Modal Finansial

Modal finansial merupakan segala hal yang terkait dengan keuangan yang dapat membantu dan mendukung segala aktivitas atau pengembangan suatu komunitas. Sekolah yang memiliki dana hibah dari pemerintah atau sponsor dari perusahaan dapat memperbaiki fasilitas belajar.

6.     Modal Fisik

Modal fisik merupakan segala infrastruktur dan fasilitas yang mendukung aktivitas produktif suatu komunitas. Meliputi bangunan, peralatan, jalan, transportasi dan teknologi. Contoh : Gedung sekolah, perpustakaan, jalan raya yang baik, serta sarana olahraga

7.     Modal Agama dan Budaya

Modal agama dan budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, tradisi, dan praktik keagamaan yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.

Dari uraian singkat diatas seorang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok yang memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, memanfaatkan, dan mengoptimalkan aset atau potensi tersebut untuk mendukung proses belajara yang berkualitas. Pemimpin ini menggunakan pendekatan berbasis aset, melihat setiap unsur sebagai kekuatan potensial dan menjadikan sumber daya yang ada sebagai bagian dari upaya kolektif untuk meningkatkan pembelajaran. Pemimpin pembelajaran tidak hanya berfokus pada pemecahan masalah tetapi juga pada pengembangan kapasitas, keterampilan, dan kolaborasi dalam komunitas pendidikan.

b.     Implementasi di Kelas, Sekolah, dan Masyarakat Sekitar Sekolah

  1. Di Kelas

Pendekatan berbasis aset dapat dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan pendekatan ini seorang guru dapat menegnali kemampuan unik masing-masing murid seperti minat, bakat, dan gaya belajarnya kemudian mampu mengintegrasikannya dalam proses pembelajarannya. Jika hal ini dilakukan tentunya akan terjadi proses pembelajaran yang berpihak pada murid yang nantinya akan mampu mendorong murid untuk tumbuh berkembang sesuai dengan versi terbaiknya. Misalnya, murid yang berbakat di bidang seni dapat diajak membuat materi visual untuk pelajaran, sedangkan yang memiliki bakat berbicara bisa memimpin diskusi.

2.     Di Sekolah

Disekolah pendekatan berbasis aset juga dapat diterapkan melalui kolaborasi antar guru, murid, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya sehingga seluruh fasilitas sekolah dapat digunakan atau dimanfaatkan secara maksimal. Misal disekolah saya kekurangan 1 ruang untuk kelas baru. Sekolah memanfaatkan ruang UKS yang memiliki ukuran sama dengan ruangan kelas sebagai kelas baru. Kemudian ruang gudang lama direnovasi dan dimanfaatkan sebagai ruang UKS. Contoh lain sekolah kekurangan guru yang ahli dalam bidang Robotika, sekolah bekerja sama dengan masyarakat sekitar yang memiliki kemampuan dalam bidang ini dan menjadikannya sebagai guru ekstrakurikuler.

  1. Di Masyarakat Sekitar Sekolah

Contoh dimasyarakat yaitu sekolah bekerja sama dengan PMI dalam aksi donor darah. Bekerja sama dengan KPU dalam sosialisasi kegiatan PILKADA. Hal ini tidak hanya memperkuat dukungan bagi murid tetapi juga menjalin kemitraan yang bermanfaat, yang pada akhirnya berdampak pada penguatan nilai sosial dan pembelajaran kontekstual bagi murid.

 

Pengaruh Pengelolaan Sumber Daya terhadap Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik dari sisi abiotik maupun sisi biotik. Pengelolaan sumber daya yang tepat meningkatkan kemungkinan terciptanya lingkungan belajar berkualitas. Murid akan mendapatkan akses pengalaman kegiatan pembelajaran yang relevan dan bermakna. Contoh murid akan lebih memahami konsep-konsep ilmiah melalui praktik langsung dengan cara memanfaatkan laboratorium sekolah dan teknologi yang ada. Dengan begitu murid tidak hanya menguasai teori saja namun juga pada penerapnnya. Begitu juga, kolaborasi antarguru dalam pengembangan modul pembelajaran akan meningkatkan kualitas materi, menjadikannya lebih sesuai dengan kebutuhan murid dan perkembangan zaman.

 

Keterkaitan dengan modul lain dalam pendidikan Guru penggerak

1.     Keterkaitan dengan modul 1 tentang Paradigma dan Visi Guru Penggerak.

KHD memamparkan tentang filosofi pendidikan yang menekankan kepada keberpihakan pada murid. Guru hanya bertugas sebagai penuntun untuk mengantarkan murid tumbuh dan berkembang mencapai versi terbaiknya. Pengelolaan sumber daya yang baik akan mendukung upaya menciptakan lingkungan belajar yang merdeka sesuai filosofi KHD, dengan memaksimalkan sumber daya seperti tenaga pendidik, materi belajar, dan fasilitas yang mendorong partisipasi aktif murid.

Guru penggerak memiliki nilai nilai seperti Berpihak pada murid, Kolaboratif, inovatif, mandiri, dan Reflektif. Sedangkan guru penggerak diharapkan memiliki peran seperti Sebagai pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas praktisi. Keterakitan modul ini contoh Guru penggerak yang berpihak pada murid akan mengutamakan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna bagi murid. Dengan nilai kolaboratif, guru penggerak mengajak semua pihak untuk mengoptimalkan sumber daya melalui kerja sama, sejalan dengan perannya sebagai pendorong kolaborasi. Sebagai sosok inovatif, guru penggerak mampu memanfaatkan sumber daya secara kreatif, mengembangkan pembelajaran yang menarik dan relevan bagi murid.

Pengelolaan sumber daya yang baik juga berkontribusi terhadap terbentuknya budaya positif disekolah. Pengelolaan yang maksimal, terbuka, transparan, dan adil akan membantu menciptakan rasa kebersamaan sehingga mendukng interaksi yang positif antara guru, murid, dan warga sekolah.

2.     Keterkaitan dengan modul 2 Praktik pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pembelajaran yang berpihak pada murid salah satu penerapannya adalah dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi perlu didorong oleh seorang pemimpin sekolah sehingga setiap guru mampu memenuhi kebutuhan belajar murid yang beragam. Dalam pengelolaan sekolah, ini berarti pemimpin menyediakan pelatihan dan sumber daya yang mendukung guru dalam mengembangkan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan gaya belajar murid. Dalam kaitannya dengan penerapan KSE di sekolah, pemimpin pembelajaran disekolah dapat menciptakan kebijakan dan budaya yang mendukung kebijakan KSE. Ini termasuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif, serta memberikan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan keterampilan seperti empati, pengendalian diri, dan kerjasama. Selain itu, pemimpin dapat membekali guru dengan strategi untuk mengintegrasikan KSE dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari di kelas. Dalam kaitan dengan konteks coaching sebagai paradigma supervisi akademik, seorang pemimpin dapat mengelola kemampuan guru sehingga dapat mencapai versi terbaiknya dalam proses pembelajarannya. pemimpin membantu guru mengevaluasi dan mengembangkan praktik mengajar mereka melalui pendekatan coaching yang reflektif, bukan instruksional. Dengan coaching, pemimpin dapat membimbing guru untuk terus meningkatkan kapasitas dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial-emosional, serta menciptakan budaya sekolah yang berfokus pada pertumbuhan dan perbaikan terus-menerus.

Refleksi Sebelum dan sesudah mempelajari modul ini

Sebelum mempelajari modul ini saya sering fokus pada kekurangan yang ada pada setiap aset disekolah. Setelah mempelajari modul ini saya melihat bahwa dengan pendekatan berbasis aset kita dapat melihat kekurangan menjadi hal yang positif dan dapat memperoleh solusinya. Kini saya lebih termotivasi untuk menggali potensi dan kekuatan yang ada di sekitar saya. Pandangan ini membuat saya lebih optimis dan proaktif dalam mencari solusi serta melibatkan pihak-pihak yang bisa membantu mendukung keberhasilan murid dan sekolah.

 

 

 

 


Wednesday, October 23, 2024

Koneksi Antar Materi modul 3.1

Assalamualaikum wr. wb.

Saya ingin menyusun tulisan tentang koneksi antar materi dalam Modul Program Guru Penggerak, khususnya tentang pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan dalam modul 3.1. Tujuan modul ini adalah:

·        Membantu Calon Guru Penggerak (CGP) menetapkan tujuan, membuat rencana, dan mengambil langkah untuk meningkatkan kompetensi dan kematangan diri.

·        Menggerakkan komunitas sekolah untuk mewujudkan visi yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka dan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin memiliki kaitan sangat erat. Filosofi Ki Hajar Dewantara mengajarkan tiga prinsip kepemimpinan:

1.      Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberi teladan)

2.      Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat)

3.      Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).

Ketiga prinsip ini relevan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan kebajikan karena pemimpin harus menjadi contoh yang baik, memotivasi komunitas untuk terlibat aktif, dan mendukung kemandirian mereka. Pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan juga berarti bahwa setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus memperhatikan dampaknya pada murid dan komunitas sekolah, serta mempertimbangkan kesejahteraan bersama.

Filosofi Ing Ngarso Sung Tuladha menekankan bahwa seseorang harus mampu menjadi teladan yang baik. Hal ini sangat relevan bagi seorang pemimpin yang harus dapat mengambil keputusan secara tepat. Ketika seorang pemimpin mengambil keputusan berbasis nilai kebajikan, ia tidak hanya memimpin dengan bijaksana tetapi juga menjadi contoh dan role model bagi guru-guru di sekolahnya. Pemimpin yang etis akan mendorong budaya positif yang diikuti oleh seluruh komunitas sekolah.

Filosofi Ing Madya mangun karso juga terkait erat yaitu seorang pemimpin dengan pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, ditengah-tengah dapat menjadi penggerak semangat dan pemberi motivasi. Seorang pemimpin yang dapat mengambil keputusan dengan tepat tentunya dapat menciptakan ruang kolaborasi yang memungkinkan pertumbuhan dan keterlibatan aktif. Pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan dalam konteks ini juga berarti memastikan bahwa keputusan tersebut memperkuat motivasi kolektif dan meningkatkan kesejahteraan seluruh komunitas sekolah.

Filosofi tut wuri handayani memiliki keterkaitan juga dengan modul ini yaitu seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan hendaknya dapat mendorong guru dan murid untuk dapat tumbuh mandiri tanpa ketergantungan yang berlebihan. Pemimpin membantu dengan menyediakan dukungan, dorongan, serta kepercayaan, sehingga setiap individu dalam komunitas sekolah mampu mencapai potensi maksimalnya.

Dengan demikian, pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan menghubungkan filosofi Ki Hajar Dewantara dengan tujuan pendidikan yang berpusat pada murid, menciptakan lingkungan pembelajaran yang etis, adil, dan harmonis.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Salah satu faktor yang membentuk karakter seseorang adalah pengalaman masa lalunya. Pengalaman ini dapat berupa aktivitas maupun pengetahuan yang dimiliki. Pengalaman tersebut membantu membentuk nilai-nilai dalam diri seseorang. Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar pengambilan keputusan atau kebijakan. Setiap keputusan yang diambil akan mencerminkan moralitas dan keyakinan pribadi yang dimiliki individu tersebut.

 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan coaching dapat membantu menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dengan mempelajari materi coaching dan menggabungkannya dengan pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, seorang pengambil keputusan dapat menganalisis dan merefleksikan apakah keputusannya efektif atau tidak. Melalui coaching, kita bisa melihat keputusan dari berbagai perspektif dan mendapatkan umpan balik yang bermanfaat untuk perbaikan.

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Aspek sosial-emosional guru sangat mempengaruhi pengambilan keputusannya. Seorang guru yang mampu mengelola aspek sosial-emosionalnya akan dapat membuat keputusan yang efektif tanpa menimbulkan dampak negatif di masa depan. Kesadaran ini memungkinkan guru mempertimbangkan dampak emosional dan sosial dari keputusan yang mereka ambil, baik terhadap murid maupun lingkungan kelas. Dengan demikian, keputusan yang dibuat akan lebih bijak dan mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik yang memiliki nilai-nilai kebajikan akan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui perilaku maupun pola pikirnya. Dalam menghadapi dilema etika, nilai-nilai pribadi seperti keadilan, empati, dan kepentingan bersama menjadi fondasi penting yang membimbing keputusan yang diambil.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Hal ini terjadi karena setiap pihak merasa tidak dirugikan dan kebutuhan mereka terfasilitasi, sehingga tumbuh rasa saling percaya dan tidak ada yang merasa diabaikan. Keputusan yang bijak dan berlandaskan nilai-nilai positif akan menciptakan suasana yang mendukung, memungkinkan partisipasi aktif, dan mendorong perkembangan optimal murid. Lingkungan seperti ini sangat penting untuk memastikan seluruh komunitas sekolah dapat belajar dan berkembang dengan maksimal.

 

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Selama saya bekerja di instansi ini, saya menganalisis beberapa tantangan dalam pengambilan keputusan, seperti perbedaan pandangan, konflik kepentingan, dan tekanan dari luar. Tantangan-tantangan ini seringkali membuat proses pengambilan keputusan memerlukan pertimbangan yang matang karena kompleksitas masalahnya. Empat paradigma dilema etika yang sering muncul di lingkungan sekolah meliputi:

- Individu vs kelompok (individual vs community)

- Keadilan vs belas kasihan (justice vs mercy)

- Kebenaran vs kesetiaan (truth vs loyalty)

- Jangka pendek vs jangka panjang (short term vs long term)

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan yang berpihak pada murid akan menciptakan lingkungan positif bagi mereka. Sebagai guru, dengan berfokus pada kepentingan murid, kita dapat memfasilitasi kebutuhan setiap murid yang berbeda-beda. Pemenuhan kebutuhan ini akan berdampak pada metode pengajaran, jenis asesmen, serta konten yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam kasus tertentu, jika seorang murid melakukan perbuatan di luar nilai kebajikan, guru yang memahami pengambilan keputusan berbasis kebajikan tidak akan langsung melabeli murid sebagai bermasalah atau terburu-buru memberikan hukuman.

Dampaknya adalah murid akan merasa aman dan nyaman dalam setiap kegiatan belajar mengajar dengan guru tersebut yang secara tidak langsung akan mampu mendukung potensi terbaik muridnya untuk berkembang sesuai dengan kodratnya.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran, seperti guru, memiliki pengaruh besar terhadap masa depan murid-muridnya karena mereka menjadi role model yang dipercaya. Ketika seorang guru mampu mengambil keputusan yang efektif dan adil, hal ini akan berdampak positif pada kehidupan murid. Murid akan merasa dihargai, diperlakukan dengan adil, dan didukung dalam perkembangan mereka. Sebaliknya, keputusan yang tidak efektif dapat membuat murid merasa tidak dihargai atau disalahkan, yang dapat menghambat perkembangan mereka baik secara emosional maupun akademis.

 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari modul ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan memiliki keterkaitan erat dengan berbagai konsep dalam pembelajaran. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil dan berfokus pada murid, sementara peran guru penggerak adalah menjadi teladan dan agen perubahan. Keputusan yang adil menghormati kebutuhan dasar murid, dan pembelajaran berdiferensiasi memfasilitasi beragam kebutuhan tersebut. Kompetensi sosial emosional penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang bijaksana, sementara pendekatan coaching meningkatkan refleksi dalam setiap keputusan. Supervisi dengan paradigma coaching membimbing guru untuk mengambil keputusan yang lebih efektif, dan pengambilan kebijakan berbasis nilai kebajikan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan adil. Seluruh elemen modul ini terhubung dalam membangun pemimpin pembelajaran yang mampu membuat keputusan yang berpihak pada murid, adil, dan reflektif.

 

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya sudah memahami konsep mana permasalahan yang termasuk kedalam dilema etika atau bujukan moral dengan cara menggunakan langkah-langkah yang dijelaskan oleh modul ini. Hal yang diluar dugaan saya adalah sering kali saya tidak sependapaty dengan keputusan pemimpin dalam mengambil kekputusan. Namun setelah mempelajari modul ini dan menganalisis keputusan yang diambil saya mulai memahami bahwa pertimbangan mana yang diambi oleh pemimpin. Karena permasalahan tersebut adalah permasalahan benar vs benar.

 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah. Saya mengambil berdasarkan kesepakatan bersama dan menekankan kepada benar atau salah. Jelas sangat berbeda dengan modul ini, pada modul ini kita tidak dituntut untuk menentukan apakah benar atau salah. Tetapi juga memperhatikan segala aspek sehingga dapat mengambil keputusan secara efektif dan tidak menimbulkan dampak dimasa yang akan mendatang. Hal yang peru digaris bawahi bahwa keputusan diambil berpihak pada murid.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jika sebelumnya pengambilan keputusan cenderung berdasarkan intuisi, setelah mempelajari modul ini, pendekatan lebih sistematis, berdasarkan langkah-langkah yang terstruktur. Hal ini memungkinkan keputusan yang lebih matang dan komprehensif.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting. Dengan mempelajari modul ini saya mulai memahami alur cara berpikir pemimpin yang bijak dalam mengambil keputusan. Saya menjadi lebih berani dalam mengambil keputusan dan dapat memperkirakan dampak dimasa yang akan mendatng dengan keputusan yang diambil tersebut

Koneksi antar materi modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan pengimplementasian di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.  a.   ...