Friday, May 11, 2012

deep ekologi


analisis kasus dengan 8 point deep ekologi


AMBON, KOMPAS.com — Empat orang tewas saat tanah longsor menimpa rumah mereka di kawasan Kelurahan Batu Meja, Kota Ambon, Maluku, Minggu (31/7/2011) sekitar pukul 03.00 WIT. Keempat korban tewas itu merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami-istri Baltazar (48) dan Lusi, serta dua anak mereka, Marki (13) dan Erens (10).
Seorang kerabat keluarga, Jemmy Alfons, menyatakan bahwa para korban saat longsor sedang tertidur dan tidak sempat melarikan diri. Hanya menantu Baltazar, Rapinska, yang lolos dari maut meskipun kakinya patah.
Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease AKBP Djoko Susilo menyatakan, tanah longsor ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Kota Ambon beberapa hari terakhir ini. "Kawasan di atas rumah keluarga ini adalah daerah perbukitan yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga. Akibat tergerus air, akhirnya terjadi longsor yang langsung menimbun rumah keluarga ini," katanya.
Sedikitnya 200 aparat gabungan TNI/Polri dan Basarnas dikerahkan untuk mencari jasad  korban dari timbunan tanah longsor tersebut. Keempat jenazah korban ini langsung dievakuasi ke RSUD Dokter Haulussy Ambon untuk diotopsi. Sementara itu, korban Rapinska menjalani perawatan di rumah sakit yang sama.
Akankah Era George W Bush Terulang?

GROBOGAN, KOMPAS.com —  Untuk kesekian kalinya, lokasi penggalian di Desa Mrisi, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menelan korban jiwa. Empat pekerja yang sedang berada di lokasi penggalian, Sabtu (16/7/2011) petang, tewas tertimbun longsoran tanah setinggi sekitar 20 meter.  
Berdasarkan informasi dari Camat Tanggungharjo, Teguh, peristiwa naas tersebut terjadi sekitar pukul 16.30 saat para pekerja sedang menggali batu di lokasi penggalian. Akibat longsoran tanah tersebut, tiga perempuan dan satu laki-laki tewas tertimbun.
 Hingga Sabtu malam, evakuasi terus berlangsung karena proses evakuasi dilakukan secara manual. "Evakuasi korban masih berlangsung sampai malam karena dilakukan manual sehingga kami mengupayakan mendatangkan backhoe," ujarnya.
Menurut Teguh, lokasi penggalian yang longsor tersebut adalah milik PT Semen Grobogan. Di lokasi tersebut warga biasa melakukan penggalian. "Kejadian seperti ini bukan baru pertama kali, tetapi sudah lima kali terjadi," katanya.


Dari kedua berita diatas terdapat persamaan penyebab bencana longsor itu terjadi yaitu akibat dari kelakuaan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri, dari berita pertama yaitu yang terjadi di Ambon tanah longsor terjadi akibat hujan deras yang mengguyur daerah perbukitan yang dijadikan kawasan tempat tinggal oleh masyarakat sekitar. Namun bukanlah faktor hujan semata yang menjadikan penyebab dari tanah longsor ini ada faktor lain yang menyebabkan bencana itu dapat terjadi yaitu akibat pembuangan sampah yang sembarangan ke perbukitan. 
Jika dilihat dari segi  ekologi hal ini memuat beberapa poin dari deep ekologi ‘The eigt point flatform deep ecology (Arness, 1986)’ Yang berisi,
1.      1. The well-being and flourishing of human and non-human life on Earth have value in themselves (synonyms: intrinsic value, inherent worth). These values are independent of the usefulness of the non-human world for human purposes.
2.     2.  Richness and diversity of life forms contribute to the realization of these values and are also values in themselves.
3.          3. Humans have no right to reduce this richness and diversity except to satisfy vital needs
4.      4. The flourishing of human life and cultures is compatible with a substantially smaller human population. The flourishing of non-human life requires a smaller human population.
5.      5. Present human interference with the non-human world is excessive, and the situation is rapidly worsening
6.      6. Policies must therefore be changed. These policies affect basic economic, technologikal, and ideological structure. The resulting state of affairs will be deeply different from the present
7.      7. The ideologocal change will be mainly that of appreciating life quality (dweeling in situations of inherent value) rather than adhering to an increasingly higher standard of living. There will be a profound awareness of the difference between bigness and greatness.
8.      8. Those who subscribe to the foregoing points have an obligation directly or indirectly to try to implement the necessary changes
Pada beberapa poin dijelasakan bahwa sesuatu yang hidup atau berada di bumi baik manusia ataupun non-manusia memiliki nilai untuk dirinya dan untuk lainnya dan manusia tidak boleh mengurangi keanekaragaman dan keseragaman kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada berita diatas terlihat bahwa manusia tidak mengindahkan kaidah-kaidah ini masyarakat disekitar perbukitan malah menjadikan daerah tersebut sebagai daerah pembuangan sampah. Hal ini dapat menyebabkan kandungan nutrisi dalam tanah disekitar tempat pembuangan sampah menjadi tercemar akibatnya akan ada beberapa tumbuhan yang mengalami kematian apabila tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Karena tumbuhan tidak dapat beradaptasi sehingga tidak ada lagi tumbuhan (atau dalam jumlah yang sedikit) yang hidup disekitar tempat itu akibatnya ketika hujan turun dengan deras tidak ada lagi yang dapat menahan laju air hujan ketika jatuh ditanah serta tidak adanya penghisap air hujan dan penahan (penyokong) tanah mengakibatkan bencana tanah longsor tidak dapat dihindari lagi.
Bencana alam seperti ini tidak akan terjadi apabila manusia mengerti akan ilmu lingkungan, paling tidak mengetahui cara untuk hidup dengan lingkungan disekitarnya ketika mereka mengetahui bahwa mereka hidup dilingkungan perbukitan seharusnya mereka mengerti akan ada resiko apa saja yang akan dihadapinya ketika mereka hidup dilingkungan seperti itu, begitu juga memperkirakan apa yang akan terjadi ketika populasi mereka bertambah dan apa yang harus dilakukan agar mereka dapat hidup berdampingan dengan lingkungan hidupnya. Seperti pada poin 4, 6 dan 7 yang menyebutkan tentang populasi, peraturan yang harusnya ada dan pandangan hidup tentang ekologi tentunya bencana ini dapat dikurangi resikonya, apabila pemerintah dengan tegas membuat peraturan bahwa daerah-daerah yang labil seperti perbukitan, sepanjang aliran sungai dll. Tidak boleh dijadikan tempat tinggal tentunya masyarakat akan berpikir dua kali ketika akan membangu rumah didaerah tersebut, namun hal ini akan sia-sia apabila masyarakatnya sendiri tidak merubah cara hidup mereka. Apabila mereka hanya mengutamakan kepentingan mereka tanpa memikirkan dampak negatifnya tentu saja usah dari pemerintah akan sia-sia untuk itu diperlukan sosialisasi dari pihak-pihak terkait.
Pada berita kedua faktor penyebab utama dari bencana ini sama dengan berita pertama yaitu akibat dari ulah manusia bahkan bencana ini telah terjadi sebanyak lima kali. Inilah akibat dari ketika mereka mengeksploitasi alam secara berlebihan, pada poin 3 di ‘The eigt point flatform deep ecology (Arness, 1986)’ disebutkan bahwa manusia tidak berhak me-reduce atau mengurangi keanekaragaman maupun keseragaman lingkungan kecuali untuk hal yang penting bagi kehidupanya. Karena sifat dari manusia yang merasa selalu kurang sehingga tidak mengindahkan kaidah ini dan mengakibatkan terjadi bencana. Kita bayangkan seandainya pihak PT Semen Grobogan mengeri dari makna poin ini dan tidak melakukan eksploitasi secara berlebihan tentunya tidak akan terjadi kejadian yang sudah terjadi sebanyak lima kali ini.
Dari kedua berita Nampak bahwa bencana Alam ini terjadi bukan karena aktifitas dari alam saja, namun faktor utama yang terjadi akibat cerobohnya manusia. untuk itu perlulah memahami tentang arti dari ekologi dan cara menerapkanya dilingkungan hidup sekitar

No comments:

Post a Comment

Koneksi antar materi modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan pengimplementasian di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.  a.   ...