analisis kasus dengan 8 point deep ekologi
AMBON, KOMPAS.com — Empat
orang tewas saat tanah longsor menimpa rumah mereka di kawasan Kelurahan Batu
Meja, Kota Ambon, Maluku, Minggu (31/7/2011) sekitar pukul 03.00 WIT. Keempat
korban tewas itu merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami-istri Baltazar
(48) dan Lusi, serta dua anak mereka, Marki (13) dan Erens (10).
Seorang kerabat keluarga, Jemmy
Alfons, menyatakan bahwa para korban saat longsor sedang tertidur dan tidak
sempat melarikan diri. Hanya menantu Baltazar, Rapinska, yang lolos dari maut
meskipun kakinya patah.
Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau
Lease AKBP Djoko Susilo menyatakan, tanah longsor ini terjadi akibat hujan
deras yang mengguyur Kota Ambon beberapa hari terakhir ini. "Kawasan di
atas rumah keluarga ini adalah daerah perbukitan yang dijadikan tempat
pembuangan sampah oleh warga. Akibat tergerus air, akhirnya terjadi longsor
yang langsung menimbun rumah keluarga ini," katanya.
Sedikitnya 200 aparat gabungan
TNI/Polri dan Basarnas dikerahkan untuk mencari jasad korban dari
timbunan tanah longsor tersebut. Keempat jenazah korban ini langsung dievakuasi
ke RSUD Dokter Haulussy Ambon untuk diotopsi. Sementara itu, korban Rapinska
menjalani perawatan di rumah sakit yang sama.
GROBOGAN, KOMPAS.com —
Untuk kesekian kalinya, lokasi penggalian di Desa Mrisi, Kecamatan
Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menelan korban jiwa. Empat
pekerja yang sedang berada di lokasi penggalian, Sabtu (16/7/2011) petang,
tewas tertimbun longsoran tanah setinggi sekitar 20 meter.
Berdasarkan informasi
dari Camat Tanggungharjo, Teguh, peristiwa naas tersebut terjadi sekitar pukul
16.30 saat para pekerja sedang menggali batu di lokasi penggalian. Akibat
longsoran tanah tersebut, tiga perempuan dan satu laki-laki tewas tertimbun.
Hingga Sabtu malam,
evakuasi terus berlangsung karena proses evakuasi dilakukan secara manual.
"Evakuasi korban masih berlangsung sampai malam karena dilakukan manual
sehingga kami mengupayakan mendatangkan backhoe," ujarnya.
Menurut Teguh, lokasi
penggalian yang longsor tersebut adalah milik PT Semen Grobogan. Di lokasi
tersebut warga biasa melakukan penggalian. "Kejadian seperti ini bukan
baru pertama kali, tetapi sudah lima kali terjadi," katanya.
Dari
kedua berita diatas terdapat persamaan penyebab bencana longsor itu terjadi
yaitu akibat dari kelakuaan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri, dari
berita pertama yaitu yang terjadi di Ambon tanah longsor terjadi akibat hujan
deras yang mengguyur daerah perbukitan yang dijadikan kawasan tempat tinggal
oleh masyarakat sekitar. Namun bukanlah faktor hujan semata yang menjadikan
penyebab dari tanah longsor ini ada faktor lain yang menyebabkan bencana itu
dapat terjadi yaitu akibat pembuangan sampah yang sembarangan ke perbukitan.
Jika dilihat dari segi
ekologi hal ini memuat beberapa poin dari deep ekologi ‘The
eigt point flatform deep ecology (Arness, 1986)’ Yang berisi,
1. 1. The well-being and
flourishing of human and non-human life on Earth have value in themselves
(synonyms: intrinsic value, inherent worth). These values are independent of
the usefulness of the non-human world for human purposes.
2. 2. Richness and diversity
of life forms contribute to the realization of these values and are also values
in themselves.
3. 3. Humans have no right to
reduce this richness and diversity except to satisfy vital needs
4. 4. The flourishing of
human life and cultures is compatible with a substantially smaller human
population. The flourishing of non-human life requires a smaller human
population.
5. 5. Present human
interference with the non-human world is excessive, and the situation is
rapidly worsening
6. 6. Policies must therefore
be changed. These policies affect basic economic, technologikal, and
ideological structure. The resulting state of affairs will be deeply different
from the present
7. 7. The ideologocal change
will be mainly that of appreciating life quality (dweeling in situations of
inherent value) rather than adhering to an increasingly higher standard of
living. There will be a profound awareness of the difference between bigness
and greatness.
8. 8. Those who subscribe to
the foregoing points have an obligation directly or indirectly to try to
implement the necessary changes
Pada beberapa poin dijelasakan bahwa sesuatu yang
hidup atau berada di bumi baik manusia ataupun non-manusia memiliki nilai untuk
dirinya dan untuk lainnya dan manusia tidak boleh mengurangi keanekaragaman dan
keseragaman kecuali untuk memenuhi kebutuhan yang penting bagi manusia. Pada
berita diatas terlihat bahwa manusia tidak mengindahkan kaidah-kaidah ini
masyarakat disekitar perbukitan malah menjadikan daerah tersebut sebagai daerah
pembuangan sampah. Hal ini dapat menyebabkan kandungan nutrisi dalam tanah
disekitar tempat pembuangan sampah menjadi tercemar akibatnya akan ada beberapa
tumbuhan yang mengalami kematian apabila tidak dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya. Karena tumbuhan tidak dapat beradaptasi sehingga tidak ada lagi
tumbuhan (atau dalam jumlah yang sedikit) yang hidup disekitar tempat itu
akibatnya ketika hujan turun dengan deras tidak ada lagi yang dapat menahan
laju air hujan ketika jatuh ditanah serta tidak adanya penghisap air hujan dan
penahan (penyokong) tanah mengakibatkan bencana tanah longsor tidak dapat
dihindari lagi.
Bencana alam seperti ini tidak akan terjadi apabila
manusia mengerti akan ilmu lingkungan, paling tidak mengetahui cara untuk hidup
dengan lingkungan disekitarnya ketika mereka mengetahui bahwa mereka hidup
dilingkungan perbukitan seharusnya mereka mengerti akan ada resiko apa saja
yang akan dihadapinya ketika mereka hidup dilingkungan seperti itu, begitu juga
memperkirakan apa yang akan terjadi ketika populasi mereka bertambah dan apa
yang harus dilakukan agar mereka dapat hidup berdampingan dengan lingkungan
hidupnya. Seperti pada poin 4, 6 dan 7 yang menyebutkan tentang populasi,
peraturan yang harusnya ada dan pandangan hidup tentang ekologi tentunya
bencana ini dapat dikurangi resikonya, apabila pemerintah dengan tegas membuat
peraturan bahwa daerah-daerah yang labil seperti perbukitan, sepanjang aliran
sungai dll. Tidak boleh dijadikan tempat tinggal tentunya masyarakat akan
berpikir dua kali ketika akan membangu rumah didaerah tersebut, namun hal ini
akan sia-sia apabila masyarakatnya sendiri tidak merubah cara hidup mereka.
Apabila mereka hanya mengutamakan kepentingan mereka tanpa memikirkan dampak
negatifnya tentu saja usah dari pemerintah akan sia-sia untuk itu diperlukan
sosialisasi dari pihak-pihak terkait.
Pada berita kedua faktor penyebab utama dari bencana
ini sama dengan berita pertama yaitu akibat dari ulah manusia bahkan bencana
ini telah terjadi sebanyak lima kali. Inilah akibat dari ketika mereka
mengeksploitasi alam secara berlebihan, pada poin 3 di ‘The
eigt point flatform deep ecology (Arness, 1986)’ disebutkan bahwa manusia tidak berhak me-reduce atau mengurangi
keanekaragaman maupun keseragaman lingkungan kecuali untuk hal yang penting
bagi kehidupanya. Karena sifat dari manusia yang merasa selalu kurang sehingga
tidak mengindahkan kaidah ini dan mengakibatkan terjadi bencana. Kita bayangkan
seandainya pihak PT Semen Grobogan mengeri dari makna poin ini dan tidak
melakukan eksploitasi secara berlebihan tentunya tidak akan terjadi kejadian
yang sudah terjadi sebanyak lima kali ini.
Dari kedua berita Nampak bahwa bencana Alam ini terjadi
bukan karena aktifitas dari alam saja, namun faktor utama yang terjadi akibat
cerobohnya manusia. untuk itu perlulah memahami tentang arti dari ekologi dan
cara menerapkanya dilingkungan hidup sekitar
No comments:
Post a Comment