Faktor
yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisik-kimmia perairan.
Organisme yang dapat disesuaikan denagn kondisi sifat fisik-kimia yang akan
mampu hidup (Krebs ,1978). Penyebaran jenis dan hewan akuatik ditentukan oleh
kualitas lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya (Odum,
1971). Whitton (1975) menambahkan bahwa kehidupan ikan disuatu perairan
dipengaruhi oleh volume air mengalir, kecepatan arus, temperatur, pH dan
konsentrasi oksigen terlarut. Faktor yang membedakan kondisi fisikokimia dari
setiap bagian sungai terdiri dari:
1. Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu
perairan untuk mengukur temperatur lingkkungan tersebut. Suhu merupakan salah
satu faktoryang penting dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor
pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik
(Oudum, 1971). Menurut Sucipto dan Eko (2005) menyatakan bahwa suhu mematikan
(lethal) hampir untuk semua spesies ikan bekisar 10-11ºC selama beberapa hari.
Menurut Barus (2002), kisaran suhu air yang baik dalam perairan dan kehidupan
ikan yaitu berkisar antara 23-32ºC.
2. Substrat
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah
yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah
juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.
3. Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor pembatas yang mempunyai peranan sangat
penting dalam perairan, baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem
menggenang (lentic). Hal ini disebabkan karena adanya arus akan mempengaruhi
distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan mineral yang terdapat di dalam air
(Barus, 2002).
Semakin tinggi kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut
dalam air yang sangat dibutuhkan oleh biota air dalam metabolismenya akan
semakin banyak. Kecepatan arus berkurang seiring dengan penambahan kedalaman
suatu perairan (Siregar, 2004) mengklasifikasikan kecepatan arus sebagai
berikut :
Tabel klasifikasi kecepatan arus di perairan
NO
|
Kecepatan Arus
|
Kategori
|
1
|
<10 cm/det
|
Sangat lambat
|
2
|
10-24 cm/det
|
Lambat
|
3
|
25-50 cm/det
|
Sedang
|
4
|
51-100 cm/det
|
Kuat
|
5
|
>100 cm/det
|
Sangat kuat
|
4. Lebar sungai
Semakin panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula
jumlah biota yang menempatinya (Kottelat et al, 1996). Keanekaragaman dan
kelimpahan biota juga ditentukan oleh karakteristik habitat perairan.
5. Kekeruhan
Kekeruhan akan mempengaruhi jumlah cahaya matahari yang
masuk kedalam suatu perairan. Air yang keruh antara lain disebabkan oleh
partikel tanah, daya ikatnya terhadap pksigen akan berkurang dan mungkin
mengurangi batas pandang ikan (Soetomo, 2000) . Sehingga selera makan ikan dan
efesien penggunaan makanan berkurang. Menurut Wardoyo (1994) tingkat kekeruhan
air yang baik untuk pemeliharaan ikan yaitu <50 NTU. Kekeruhan dipengaruhi
oleh bahan – bahan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organic, dan bahan
anorganik, plankton serta organisme mikroskopik lainnya (Hariyadi, 1992 dalam
Kristina, 2001).
6. Kedalam Sungai
Pada sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu
ke hilir,perubahan lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi
kimia berubah dengan cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang
lebih jelas pada kilometer pertama dibanding lima puluh (50) kilometer
terakhir.(Odum. 1988).
7. Derajat Keasaman (pH)
Derajat krasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion
hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme
perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu
perairan sebagai lingkungan hidup (Siregar,et al., 2002). Derajat keasaman
berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi, 2003). Nilai pH dapat
dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga (Mahidda, 1984).
Derajat krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas,
semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kadar
kandungan dioksida bebas (Mackereth et al, 1989). pH merupakan tingkat derajat
keasaman yang dimiliki setiap unsur, pH juga berpengaruh terhadap setiap
organisme, karena setiap organisme atau indivudu memiliki ketentuan pada
derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat hidup.
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat
basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi serta dapat meningkatkan
konsentrasi ammonia yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2002).
(Pescod, 1973 dalam Kristina, 2001) menyatakan pada pH antara 4-6,5 dan pH
8,5-11 pertumbuhan ikan akan lambat sehingga reproduksi terhambat.
8. Salinitas
Salinitas adalah nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam
terlarut dalam satuan volume air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil
(‰) (Barus, 2002). salinitas memiliki pengaruh terhadap tekanan osmotik air.
Perubahan salinitas secara cepat umumnya menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi. Salinitas air dipengaruhi oleh pencampuran air laut dan tawar, curah hujan
dan evaporasi (Tseng,1987)
9. Kecerahan
Kecerahan adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air
yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan tersuspensi seperti lumpur,
pasir, bahan organik dan mikroorganisme termasuk plankton (NTAC, 1968). Semakin
tinggi tingkat kecerahan suatu perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan
yang masuk ke dalam air, sehingga lapisan air yang produktif akan menjadi lebih
stabil (Kembarawati, 2000).
10. Vegetasi riparian
Tanaman tepi atau reparians vegetation di tebing
aliran sungai tersebut sebagai penghubung ekosistem air dan ekosistem darat.
Tanaman tepi juga merupakan sebagai proses fotosintesis antara cahaya matahari
yang masuk ke dalam perairan. Menurut Sary (2006) Fotosintesis adalah salah
satu aktivitas biologi yang sangan penting di perairan. Menurut Asdak (2007)
daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah
konservasi bukan daerah banjir dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan.
Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh sbb:merupakan daerah pemanfaatan pada
beberapa tempat merupakan daerah banjir, dan jenis vegetasi di dominasi tanaman
pertanian.Area yang lebih luas memiliki variasi habitat yang lebih besar
dibandingkan dengan area yang lebih sempit (Wooton 1991). Distribusi atau
penyebaran ikan dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu geologis, geografis dan
ekologis. Distribusi geologis adalah penyebaran suatu spesies yang berhubungan
dengan waktu atau jaman periode umur bumi ketika spesies itu terdapat. Distribusi
geografis (longitudinal) adalah penyebaran suatu spesies ikan berdasarkan
tempat ditemukan. Sedangkan distribusi ekologis adalah penyebaran suatu jenis
ikan yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan
Asdak, 2007. Hidrologi Dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah mada university press. Yogyakarta
Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi. Medan : Universitas
Sumatera Utara
-------, 2002. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT.
Gramedia,
Jakarta.
Jakarta.
Odum, T. Howard.1992. ekologi system. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Rajawali
No comments:
Post a Comment